‘Ik wil je zien‘
‘Kau pasti merindukanku’
‘Zozeer‘
Tapi aku masih mencari alasan untuk menghindar. Tak peduli seberapa kuat keinginanku untuk menemuinya.
‘Lusa pagi kau boleh ke sini. Sebelum anak-anak datang’
‘Berapa waktu yang kupunya?’
‘Tiga puluh menit’
‘Tak cukup. Aku mau satu jam atau lebih’
‘Entahlah kalau begitu. Minggu ini aku sibuk sekali’
Aku tahu di sana dia merajuk. Menjambak pelan rambutnya sendiri yang ikal melewati kuping dan acak-acakan. Membayangkannya, aku ingin merapikannya. Dengan sisir atau sekedar menyisipkan jemari. Memandang mata kekanakannya memandangiku.
‘Dari mana kau tahu aku sudah datang?’
‘Aku merasakan’
‘Kau menelpon beberapa menit setelah aku masuk rumah’
‘Aku tahu’
‘Sebenarnya aku belum ingin pulang. Aku sedang menghindari seseorang’
‘Aku?’
‘Bukan. Kau justru alasan aku kembali’
Bisa kurasakan hidungnya kembang kempis. Matanya melebar. Senyumnya mengembang. Dan tangannya menggapai.
‘Aku ingin memelukmu’
‘Aku takut bertemu denganmu’
‘Apa yang kau takutkan dariku?’
‘Aku takut pada diriku sendiri’
Aku takut pada hasrat yang menggelegak setiap berada di dekatnya. Setiap geraknya adalah percik api, dan aku seperti uap bensin. Aku berjuang menahan diri. Sedang dia tanpa rasa berdosa terus berpijar dan memercik.
‘Apakah aku membuatmu terbakar?’
***
Tak peduli apa pun yang kutanamkan dalam benakku, akhirnya kupasrahkan tengkukku pada hembus napasnya. Dan kubiarkan dia bermain peran menjadi drakula, seperti bagaimana dia selalu memanggil dirinya sendiri. Lalu api membakar setiap kegamangan. Aku bukan uap bensin yang terbakar lalu hilang. Aku bara.
‘Aku cukup tua untuk jadi ibumu’
‘Aku tidak peduli’
‘Kau masih muda dan punya banyak untuk diperjuangkan. Aku tak mau merusakmu’
‘Aku rusak tanpamu’
***
‘Aku ingin memelukmu. Sisirkan rambutku. Aku ingin rebah di pangkuanmu’
‘Aku tak bisa’
‘Kenapa kau lakukan ini padaku? Kau membuat aku berpikir bahwa kau menginginkanku. Tapi kau tak mengijinkan aku menginginkanmu. Apa sebenarnya yang kau inginkan dariku? Kau mengejarku tapi menjauh setiap aku mendekatimu’
‘Aku tak berani punya keinginan atas dirimu. Untuk memiliki, atau untuk memintamu pergi…’
‘Aku menginginkanmu…’
Ada gigil menemani malam. Untuk sekali aku berharap kehilangan kedewasaan dan mengabaikan segala pertimbangan tentang bagaimana orang akan memandang. Menyetujui idenya bahwa usia tak lebih dari sekedar angka.
Hand phone-ku berkedip lagi. Aku telah mengabaikannya semalaman. Dia masih tak henti berusaha manghubungi.
Besok aku akan ke Belanda lagi.
heuuuuuu,…merinding, merasakan dia di leherku berperan menjadi drakula *blushing
kok blushy.. bukan ngeri? hehe..
hahahaaa,……. #gagalfokus kayanya nih mba *_*
bener kok.. tapi yang bikin blushy ini sekaligus bikin ngeri,..
Kereenn mba,.. ;d
Ajarin donk nulis fiksinya *kedip-kedip mata ^^
hwaduh hihi… kuncinya banyak baca aja mbak.. nanti akan lihai menulis…
hih labil sekali, punya sikap dong itu si ‘aku”
#riwil
labil, seperti si abah…
*sigh*
tingkat tinggi… susah dikejar… *komen seorang penggemar*
apanya yang tingkat tinggi… ini masih di groundfloor kok… 😀
wkwkwk….jauh mimpiku bisa menulis seperti ini…wkwkwk
ndak usah mimpi mbak. wis ndang ditulis aja… 🙂
wahhh.. kereennn…
jangan lupa oleh2nya dari belanda ya mbak.. 🙂
haha mas mikooooo!
Bengong..merangkai kata nya butuh waktu berapa lama mbak? cakep banget sih..:D
setengah jam, mbak. tadi malam sebelum tidur 😀
saya kok ngebayangin yuni shara ama raffi ahmad 😛
haha…
kek cerita edward sama bella ya. jauh banget beda umurnya
kalo itu kan tua edwardnya…
hmmm jangan2 ini si “oedipus” :p
siapa tu?
kelainan oedipus complex, mbak 😀
Duh, kok hati jadi perih yah?
kenapa mbak? hehe…
Teringat dua lelaki yang usianya jauh dibawah saya.
Beberapa kali saya tepis rayuan mereka, tapi kadang saya juga merindukan mereka.
Duh, ceritanya kayak “gue banget” gitu, minus yang gigitan srigala itu loh yah hahaha… 😀
oh, wow. hehe…
‘Aku rusak tanpamu’
tiba-tiba inget lagunya Letto yang liriknya.. Aku hilang tanpamu.. 😀
iya ya. aku malah baru ngeh…
Bikin cerita kayak gini nggak kepikir olehku .. kata2nya euh … keren ..
pikiran bisa ke mana-mana baca tulisan mak Latree… keren banget untaian kalimatnya, meski ngeri bayanginnya 😀
salam kenal mbak. 🙂 bagus tulisannya. mbak dari Rembang ya?
salam kenal. saya bukan dari rembang. hehe…