Membaca Kembang Api LATREE Malam Ini

Tadi malam di Terracotta Cafe Semarang, Kumpulan Cerpen-ku Kembang Api Malam Ini, dibaca bersama. Maksudya bukan benar-benar dibaca, tapi beberapa orang yang telah diminta membaca, menyampaikan hasil bacaannya. Dua puluh orang diundang untuk bersama-sama membahas buku ini. Boleh dibilang ini semacam soft launching, tapi tujuannya lebih untuk menggali seberapa bagus (pantas) cerpen-cerpen Latree Manohara untuk diterbitkan sebagai buku dan dibaca publik.

Jelas ini hal besar buatku. Mengingat aku belajar menulis hanya dengan menulis dan terus menulis. Latar belakang akademis yang jauh dari dunia kepenulisan. Nafsu baca buku yang hanya rata-rata. Aku berharap mendapat banyak masukan untuk lebih meningkatkan kemampuan menulisku.  ‘Dibahas’ oleh praktisi akademisi, sastrawan, wartawan, psikolog dan orang yang bergerak di industri perbukuan, sejak awal acara aku cuma bisa panas dingin. Rasanya seperti orang masuk angin. Bukan mual, tapi gimanaa gitu. TIba-tiba kenyang tanpa makan.

Terus terang aku agak lingsem juga, dengan ungkapan-ungkapan positif dari para pembicara. Membesarkan hati. Uh, dan kepala juga sih. Rata-rata mereka menyukai kejutan yang disajikan di akhir beberapa cerita. Ini berarti penulisnya punya kesabaran khusus untuk menyimpan hal istimewa untuk dimunculkan di belakang. Hal positif lain adalah, katanya, cara bercerita yang mengalir; show dan bukan tell (aku juga tidak terlau mengerti maksudnya apa). Kekuatan yang lain adalah pilihan tema. Dan bahwa cerita pendek dalam Kembang Api Malam Ini adalah benar-benar cerita; bukan cerita yang dijajah puisi dan dipenuhi metafora.

Beberapa yang sudah membaca bukuku sebelumnya, Suicide, berpendapat bahwa ada kemajuan pesat dalam aku menulis. Wow, mungkin kalimat ini yang bikin kenyang ya.

Dibilang bagus pasti lah senang. Tapi tujuan utama bincang-bincang ini adalah mendapatkan masukan untuk bisa lebih bagus lagi. Beberapa yang kucatat antara lain bahwa, aku terjebak di pemilihan tema, dan kurang kuat di estetika bahasa. Kegemaranku membuat kejutan di akhir cerita bisa menjadi bumerang. Hal ini bisa menjadi sebuah pola, dan berbahaya. Lama-lama orang menjadi terbiasa dan malah akan dengan mudah menebak kejutan yang kupersiapkan. Pak Zainal dari IKIP PGRI menilai, pengumpulan sebelas cerpen dalam buku ini terasa serampangan. Bukan pilihan cermat dan sekedar mengumpulkan tulisan yang ada. Hal ini karena ada pencampuran antara tema tradisional dan modern. Musyafak malah menilai kejutan di cerita Pawon Rawon Mas Won tidak bagus. Tidak relevan dengan segala deskripsi di awal cerita. Dia juga bertanya, sampai kapan aku akan tahan menulis dengan gaya seperti ini. Good question.

Well, di acara semalam, aku sama sekali tidak boleh menanggapi apa pun kata siapa pun. Hanya boleh mendengarkan, menyimak dan menyerap. Tentu saja di beberapa bagian aku tidak bisa menahan diri. Jadi masih juga keceplosan ‘ah’, ‘bukaaan…’, ‘iya…’, ‘salah…’, dan yang paling heboh aku sampai berdiri dan (nyaris) berteriak ‘apaaa???’

Jadi aku juga tidak akan bikin klarifikasi apa pun di sini. Biar saja yang mengira aku punya hubungan khusus dengan seseorang berinisial R. Biar saja kalau dikira tulisan-tulisanku dinilai merujuk pada tulisan seseorang, dan bahkan merupakan hasil didikan beliau (ini pujian atau celaan ya sebenarnya). Biar saja kalau dinilai cara berceritaku seperti itu sengaja karena aku punya target untuk dimuat di media tertentu…

Aku berterima kasih kepada semua yang hadir. Pujiannya, masukannya, kritiknya. Yang jelas setelah acara ini aku jadi terpacu untuk menulis lebih baik lagi. Dan kalau bisa, novel. Eh ya ampun. Sudah banyak yang menyemangatiku untuk hal yang satu ini. Tapi akunya masih leda-lede saja…

Dari sekian banyak dokumentasi sepanjang acara, ada satu yang aku suka. Mmmm… Aku baru tahu kalau di sebuah acara diskusi buku ada yang namanya ‘sesi pemotretan’. Mungkin setelah ini aku harus mencoba jadi foto model…

2 thoughts on “Membaca Kembang Api LATREE Malam Ini

  1. 1. saya kok ga diundang, plus tiket PP gituh 😐
    2. masih aja suka merendah ck ck
    3. lingsem iku opo?
    4. Musyafak itu sopo toh, sok teu jeh 😐
    5. pak Zainal itu udah bikin berapa buku ?
    6. seleb !

    • 1. aku undang untuk acara pertunjukannya
      2. aku memang rendah. cuma 154 senti
      3. tersipu…
      4. Musyafak itu sastrawan keren
      5. belum tahu. nanti kutanyakan
      6. *keselek*

jangan sungkan kalau mau komen :)