Setelah sekian tahun hiatus karena LDR dan dilanjut dengan pandemi, rasanya seperti disembur oksigen setelah berjuang melawan sesak napas.
Memperingati Hari Musik Dunia, 25 Juni lalu Dewan Kesenian Semarang menggelar Gilo-gilo; pentas musik yang merangkul musisi-musisi Semarang dari berbagai genre dan komunitas. Swaranabya dengan genre entah, mendapat kesempatan untuk ikut tampil dan mendayukan panggung.
Campur aduk rindu, senang, gugup, lupa lirik, lupa kunci; persis seperti acaknya proses musik kami.
Untunglah walau bertahun tidak perform bersama, Iwan masih memetik gitar. Ipank masih menggesek biola. Aku masih menarik suara. Benang yang menghubungkan kami masih ada. Masih kuat.
Cuaca yang mendadak hujan badai sempat membuat mood kami berantakan. Tapi kami tidak ingin momen pertama kami kembali ke panggung setelah sekian lama, rusak begitu saja. Jadi kami bertahan. Bersama panitia yang terpaksa mengatur ulang sound system dan merombak run down acara, agar semua tetap berjalan.
Alunan nada di birama-birama awal sungguh terasa gugup dan ragu. Tapi setelahnya, semua mengalir lagi. Tidak disangka, audiens yang hadir mengapresiasi penuh persembahan Swaranabya. Kali ini Swaranabya membawakan empat lagu. Tiga lagu belum dipublikasikan di platform musik mana pun, termasuk di antaranya lagu baru dari puisi almarhum Handry TM – Lagu Fana; dan satu lagu andalan Yang Berhasrat Meminangmu, Kekasihku.
Terima kasih Dewan Kesenian Semarang. Terima kasih semua.
Swaranabya is back.