Dari Peluncuran ‘SUICIDE’

warning. postingan kali ini adalah curhat panjang lebar..

======================================

Dan jika aku berdiri

Tegar sampai hari ini

Bukan karena kuat dan hebatku

Semua karena cinta

Semua karena cinta

Tak mampu diriku

Dapat berdiri tegar

Terima kasih cinta

Dan aku berterima kasih kepada semua orang yang telah melimpahkan cinta padaku.

***

Beberapa hari menjelang acara peluncuran bukuku, yang ada adalah tegang dan cemas. Aku tidak mencemaskan sound systemnya. Aku tidak mencemaskan gedungnya. Aku tidak mencemaskan pembicaranya. Aku tidak mencemaskan konsumsinya. Aku tidak mencemaskan artis yang akan perform merespon cerpenku.

Aku mencemaskan mereka yang akan hadir di acara itu. Banyak kah? Sedikit kah?

Karena aku menyadari kehadiranku sebagai penulis barulah sebuah langkah kecil. Menjadi menulis sama sekali bukan impianku. Mungkin tidak akan menjadi hal yang mengejutkan kalau seandainya aku menjadi pelukis atau penyanyi, karena itu yang tadinya kupikir ada dalam diriku. Tapi menulis?

Maka adalah sebuah kenekatan habis-habisan ketika aku mencoba menerbitkan buku, bermodal keyakinan bahwa orang cukup menyukai tulisanku. Paling tidak di blog.

***

Aku mengundang banyak teman. Di kantor, di milis, di facebook. Beberapa orang aku yakin akan datang, dan beberapa yang lain aku yakin tidak akan datang. Sisanya, aku berharap mereka datang.

Betapa terharu tadi malam melihat banyaknya teman yang hadir. Yang baru datang dari dinas luar kota, sesampai di rumah langsung tancap gas motor. Yang rencananya liburan di Yogya cuma tiga hari, sengaja extend sampai akhir pekan supaya tadi malam bisa menyempatkan ke Semarang. Yang pulang kuliah, yang besok ujian, yang capek, yang sedang agak tidak enak badan…

Apa, jika bukan cinta, yang meringankan langkah mereka?

***

Beberapa teman tidak bisa hadir karena alasan masing-masing. Banyak acara (dan keadaan) yang jauh lebih penting. Ayah yang opname, jarak yang jauh, anak sedang ujian, tugas kantor dan hal lain yang tidak disebutkan tapi aku yakin menjadi alasan kuat. Dan aku maklum, sungguh. Aku berterima kasih atas simpati mereka yang tetap mendukungku meskipun sekedar dengan meninggalkan pesan di FB atau sms.

Adalah Pak Guru Sawali, yang aku kagumi. Mungkin karena beliau guru seperti Bapak dan Ibuku. Tapi lepas dari itu, aku mengagumi kebersahajaan beliau. Aku merasa beliau adalah orang yang sudah mumpuni di bidang kepenulisan. Kepada beliau aku sampaikan undangan khusus untuk bersedia menyampaikan pendapat beliau mengenai tulisanku. Seminggu sebelum hari ‘H’, bersama undangan yang kukirim via pos ke rumah beliau di Kendal, aku sertakan bukuku, dengan harapan beliau sempat membacanya sebelum acara tiba.

Dua hari kemudian aku menerima pesan di inbox FB-ku dari beliau. Isinya permintaan maaf karena tidak bisa hadir. Pada tanggal tersebut beliau harus bertugas ke Jakarta. Dalam pesan itu juga beliau menyampaikan terima kasih, ucapan selamat dan dukungan. Lebih dari itu, beliau juga berjanji akan mereview bukuku di blognya, sebagai pengganti karena beliau tidak bisa menyampaikannya pada saat acara diskusi.

Belum cukup itu, beliau memasang status di FB-nya seperti ini:

sedih, ndak bisa menghadiri undangan Mbak Latree Manohara dalam Peluncuran dan Diskusi Buku “Suicide” di Semarang, 10 Desember 2009, pukul 19.00 WIB. Tanggal 9-11 Desember, saya mesti mendampingi anak-anak yang sedang karyawisata ke Jakarta. Mohon maaf, ya, Mbak, semoga lancar dan sukses acaranya.

Sudah? Belum. Beliau masih meninggalkan satu pesan lagi yang isinya kurang lebih sama dalam bentuk komen di blogku.

Aku terharu. Merasa begitu dihargai. Penghormatan dari Pak Sawali untuk Latree yang bukan siapa-siapa ini. Terima kasih, Pak Guru.

***

Selain kepada Pak Sawali, aku menyampaikan undangan khusus serupa, kepada 25 sastrawan di Semarang. Sebagai orang yang awam sastra (termasuk siapa saja pelaku-pelakunya), aku meminta bantuan panitia yang sudah lebih dulu berkecimpung di dunia sastra, untuk memilih siapa saja. Harapanku, mereka akan bersedia hadir dan menyampaikan apa pun pendapat mereka tentang bukuku. Baik. Buruk. Puji. Cela. Apa saja, yang akan menjadi bahan masukan bagiku selanjutnya.

Aku tidak tahu apakah aku berhak kecewa atau tidak. Tapi terus terang aku kecewa. Tidak satu pun dari mereka yang hadir. Tanpa kabar. Dan sampai saat ini aku masih bertanya-tanya: kenapa.

Aku menyadari aku bukan siapa-siapa. Bagi mereka mungkin aku bahkan tidak pantas dipandang sebelah mata. Dan aku tidak masalah jika itu masalahnya. Yang masalah adalah, mereka telah menerima bukuku. Kuanggap itu kesediaan mereka memenuhi permohonanku untuk menyampaikan pendapat mereka (yang bagiku akan sangat berharga) di acara diskusi. Ibarat sebuah ijab kabul pernikahan, mereka telah menerima maharnya. Jika memang mereka tidak bersedia, mestinya jangan diterima bukunya. Dan jika sebenarnya bersedia tapi tiba-tiba berhalangan, paling tidak kabarilah aku.

Entahlah, mungkin ini kekecewaan yang tidak perlu.

***

Di atas semuanya…

Aku bersyukur bahwa secara keseluruhan, acara peluncuran ‘suicide’ bisa kuanggap sukses. Penampilnya memukau. Yang hadir banyak (orang-orang yang mencintaiku, terima kasih). Diskusinya seru (walaupun tanpa kehadiran para sastrawan itu).

Terima kasih kepada:

Bapak, Ibu, Danang, Ar-Ir-Ur, Triyanto Triwikromo, Aulia A Muhammad, Agung Hima, Budi Maryono, Gema Yudha, Babahe, Erna, Vicky, Nurul, Mbak Maret dan suami, Julia, dan semua teman yang telah meluangkan waktu menghadiri acaraku yang tidak bisa kusebutkan satu per satu. (sebenarnya bisa sih, sambil lihat daftar di buku tamu. Tapi bakalan panjang banget…..)

Semoga ini bukan sebuah perayaan yang lantas membuatku puas dan berhenti.

Wahai, kalian yang mencintaiku, aku masih mengharapkan dukungan kalian untukku di masa yang akan datang…

*gambar diambil dari milis Loenpia*

20 thoughts on “Dari Peluncuran ‘SUICIDE’

  1. 25 sastrawan itu ga lebih berarti dari aku yang hanya seorang mbak
    karena meski terkenal dan populer aku tetep datang, wekekekek

    *pede.com*

  2. butuh “nyali” yang besar untuk melangkah, dan kamu sudah membuktikan bisa!!….tentang mereka (sastrawan) yg tak datang lupakan saja, mungkin ini cara terbaik buatmu untuk tumbuh diatas kemandirian 😀

  3. hmm jadi merasa bersalah nih aku 🙂
    tapi bukan berarti tidak mendukungmu
    tetaplah menulis, itu selangkah lebih maju
    daripada ngomong doang seperti aku

  4. @phery n warm: it’s okay…
    @okky: kok ga pede ya uplod ke yutub…
    @niff: bener banget!
    @julian: thanks jul, kata2mu menyejukkan hatiku 😀
    @kw: lah napa to mas?

  5. mbak latree sudah punya banyak modal utk terus menekuni dunia kepenulisan. kepekaan intuitif dipadu dengan gaya tutur yang lincah sudah bisa menjadi pemicu adrenalin utk terus menulis dan menulis. ayo, mbak latree, lanjutkan! hehe …

  6. wuaaaa senengnya….
    saya waktu itu dkabarin mbak yessi, kalo dia mau ke acara peluncuran buku mbak latree…

    sukses ya mbak, terimakasih untuk cerita2 di bukunya 🙂

  7. Selamat sekali lagi ya Lat.. Wlpn aku jarang baca tulisanmu (maklum bkn penggemar cerpen/novel..hehehe)..tapi sepertinya cerita2mu punya banyak penggemar (minimal dr blog ini).

  8. assalamu’alaikum mba latree ^_^, moga makin sukses, dan menanti buku-buku mba yang selanjutnya ^_^, maaf tidak bisa hadir saat peluncuran bukunya.

jangan sungkan kalau mau komen :)